Sama Sekali Nggak Mudah
Anakku, ternyata jadi ibu itu susah. Tak jarang sampai ingin mengakhiri hidup. Berkali-kali rasanya ingin menyerah saja. Tapi begitu melihat tawa dan tingkah konyolmu sebagai pelipur lara, api itu menyala lagi. Meskipun kadarnya berbeda tiap waktu. Kadang menyala redup, kadang api itu menyala cukup untuk menghangatkan hari-hariku, tak jarang juga api itu membakar rasa pesimisku akan masa depanmu.
Hari-hariku dipenuhi dengan kecemasan yang tiada ujungnya akan masa depanmu. Aku takut tidak bisa mencukupi kebutuhanmu. Aku sedih kalau tidak bisa memberikanmu yang terbaik. Perih rasanya jika kamu harus menghadapi tekanan sosial karena ibumu ini tidak cukup beruang. Aku khawatir akan menjadi sosok yang seperti apa kamu kelak. Aku cemas, apakah kamu akan beragama Islam yang baik dan benar sesuai pemahaman para salafus shalih.
Bagaimana jika kamu menemui tantangan hidup. Mampukah aku sebagai ibumu menghadapi itu? Bagaimana jika kamu tidak sesuai bayanganku, tidak sesuai harapanku. Apakah aku akan tetap menerimamu seutuhnya tanpa syarat tanpa tapi sebagai sebuah individu yang bertumbuh? Bagaimana jika kamu menaruh kekecewaan terhadapku? Apakah kamu akan tetap menyayangiku?
Nak, jadi ibu itu membuatku jungkir balik bukan main. Aku harus belajar ke sana ke mari supaya tidak ada satupun ilmu pengasuhan yang luput dari mataku, karena kelak aku akan dimintai pertanggung jawaban oleh Rabb-ku. Tapi semakin belajar aku semakin tersesat. Terlalu banyak teori sehingga membuatku bingung. Hingga aku menyimpulkan bahwa ternyata ilmu pengasuhan itu abstrak. Tidak ada yang pasti maupun tepat.
Semua itu harus dikembalikan lagi kepada nilai keluarga, karakter ku, karaktermu, visi dan misi ku sebagai ibu mu. Rumit pokoknya rumit!
Sungguh aku tidak menyangka, mengemban peran sebagai ibu akan sekompleks ini. Menyandang predikat sebagai ibu saja aku setengah mati, karena kamu tidak hadir dengan kemudahan. Kemudian aku harus kepayahan bertanggung jawab atas kehidupanmu. Betul, aku sedang mengeluh saat ini. Lagi-lagi aku menemui jalan buntu ketika mengasuhmu.
“Putar balik lagi, deh..” gumamku mengulang dari nol. (*)
Baca juga: Dismenore
2 Komentar
fanny_dcatqueen
Perjuangan utk bisa jadi seorang ibu ya mba… Ga akan pernah berhenti belajar… Krn selaku ada yg baru kalo ttg pengasuhan anak.
Aku sendiri juga terkadang takut .. kuatir ga akan bisa mengantarkan anak2 menjadi orang yg mandiri. Kuatir mereka terjerumus ke hal yg ga baik…
Tapi rasanya memang hrs kita hadapi. Belajar dari kesalahan juga, supaya pada akhirnya menemukan cara yg tepat dan sesuai kondisi kita ketika membesarkan anak
Shima Perwira
Iya mba, jujur ketakutanku yang paling besar adalah masa depan anak. Karena kita sebagai orang tua nggak akan tahu ke depannya bagaimana kan. Cuma Allah yang tahu. Jadi bener kata mba, kita cuma bisa ikhtiar, belajar dari kesalahan pengasuhan di masa lalu dan banyak-banyak berdoa. Karena Allah yang cuma bisa membolak-balikkan hati.