Personal

Hilang Identitas

Malam ini hujan turun setelah panas terik berkepanjangan. Aku terangsang untuk menulis, ditemani 1,5 liter air mineral, teh hijau yang telah ku habiskan dan teh jati cina yang siap ku teguk agar keesokan harinya aku bisa buang air besar dengan lancar.

Kali ini aku tidak menulis lewat laptop, biar cepat mumpung mood ini tiba-tiba timbul aku gunakan saja handphone ku. Aku menulis sambil duduk, di depanku tertidur dua manusia yang pulas sekali rasanya. Aku iri dengan mereka yang bisa dengan cepat pulas tertidur, enggak pakai drama.

Ku pandangi kedua wajah mereka. Sontak pikiranku liar lari kemana-mana. Aku bahagia mereka hadir di kehidupan ku. Namun, aku juga tak mengelak karena mereka hadir, aku jadi kehilangan identitas. Identitas ku sebagai Shima.

Benarlah sudah, hujan ini selalu paling bisa membangunkan sisi melankolis ku. Tepat ketika aku secara tak sengaja melihat akun @merasanyaman di timeline Twitter. Isinya adalah inspirasi interior ruang kamar pribadi.

Twitter: @merasanyaman
Twitter: @merasanyaman

Gimana? Nyaman kan melihatnya? Bikin betah di kamar. Auto bertelur ?

Aku jadi teringat kamar kos ku dulu. Ya, walau tidak se estetik ini. Tapi kenyamanannya 11 12 lah. Hehehe

Di kamar kos mungil itu aku sendiri. Kadang merenung, meratap tak jarang menghayal, bahkan mencibir memaki pun ku lakukan di bawah selimut. Kesendirian itu lah yang membuatku hidup karena aku sering berdialog dengan diriku sendiri. Ya, aku sudah tidak percaya lagi tuh sama yang namanya teman. Bagiku sendiri lebih mengalir, kerja ku pun lebih cepat.

Alasannya karena aku tidak punya celah untuk bersandar dan bergantung di kala sendiri. Aku mengandalkan diriku sendiri. Semuanya lebih terorganisir, rapi dan detail. Aku lebih mudah memunculkan semangat hidup karena yang ku pikirkan hanya diriku sendiri.

Sekarang? Mustahil! Aku lebih memikirkan dua manusia di depanku ini dari pada diriku sendiri. Mereka seperti tidak memberiku ruang untuk seorang Shima. Aku harus jadi istri dari suamiku dan ibu dari anakku. Rasanya haram jika aku mementingkan diriku.

Bukan cuma mereka deh, tapi lingkungan sekitarku pun demikian. Taruhlah kedua orang tuaku dan hampir semua orang. Mereka seperti menekankan berulang-ulang bahwa aku ini istri dan ibu. Mereka tidak paham bahwa aku juga perempuan, individu yang butuh dipenuhi hasrat dan gairahnya.

Bukankah aku harus cukup dulu dengan diriku sendiri supaya aku tidak memelas kasih dari orang lain? Sedih sekali aku baru tahu konsep pemenuhan diri ini sekarang ketika sudah berganti status kurang lebih 6 tahun lamanya. Telat ya, pengen bilang “biar saja telat yang penting aku tahu, sadar dan menerima”, tapi kok enggak nyaman ditelinga.

Ketika aku berusaha mencukupkan diri sering kali aku dianggap egois, terlalu mementingkan kesenanganku sendiri. Padahal kalau aku merasa cukup dengan diriku, aku bisa berperan maksimal sebagai istri dan ibu.

Menjadi istri terlebih ibu membuatku jungkir balik, karena aku harus berbagi peran. Menurut suami aku harus bisa ini itu sebagai istri dan ibu. Sementara aku memiliki keterbatasan, aku kadang tidak bisa ini atau tidak bisa itu, lumrah bukan? Tapi tidak menurut mereka, menurut mereka aku harus bisa segalanya.

Aku jadi heran, apa karena aku perempuan jadi jatidiri ku ditindas habis-habisan? Aku terlalu moderat untuk mu yang konservatif, sayang. Janganlah kau tuntut aku bisa ini dan itu dalam waktu semalam tanpa mau kau selami sosok seperti apa aku ini. #BukanCurcol #TapiBoong

Karena aku sekarang sudah kembali bekerja dengan jarak tempuh rumah dan kantor cukup untuk menangis sesenggukan di jalan. Aku jadi memanfaatkan momen itu untuk ngelamun. Ngelamun tentang diri sendiri, ngobrol juga berkeluh kesah dengan diri. Aku menanyakan, aku ini kenapa sampai begitu lelah setengah mati seperti orang kepanikan minta pertolongan?

Lalu aku sadar, ternyata aku harus membelah diriku menjadi 3 bagian sama rata. Sementara cacing moluska saja hanya membelah diri menjadi 2 bagian. Shit! #MaafKelepasan

Credit Photo by Daniel Jensen on Unsplash

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *